CATATAN LITERASI PELAJAR SMA



SMA NEGERI 27 JAKARTA PUSAT
X IPS 2



#02

Oleh :
  1. Ananda Syifa Nabila
  2. Callista Kaerunisa
  3. Febi Andilla
  4. Jenita Damayanti
  5. Salma Ayu Nastiti
  6. Syahgita Rahayu

Sinopsis Cerita Pendek

Judul : Aku Masih Mencintaimu dan Aku Benci Pertemuan Ini


Aku Masih Mencintaimu dan Aku Benci Pertemuan Ini ilustrasi Istimewa-y.jpg

Setelah sepuluh tahun lamanya, kita kembali akan bertemu, maksudku apabila aku menyanggupi permintaan seorang teman untuk datang di perbincangan terbuka itu. Sejam sebelum pertemuan yang mungkin akan terjadi itu (atau mungkin tidak), aku sudah sibuk membayangkan bagaimana kini dirimu dan tentunya aku tak sanggup berharap kau masih seperti dulu. Sudah lama kau terkenal sebagai seorang penulis yang sukses, seperti cita-citamu dulu. Kau berubah terlalu jauh dan aku tak berani mengharapkan lebih darimu, apalagi memintamu untuk mencintaiku lagi.

“Dia akan datang. Di kafe itu, Ri. Kau ingin bertemu dengannya, bukan?” Demikian kata Ratih kali pertama mengabarkan kepadaku bahwa kau akan datang di kota ini. Pamflet di tangannya berpindah ke pahaku. Sebuah tulisan berisi pengumuman bahwa akan diadakan bincang santai tentang sebuah novel yang baru saja meraih penghargaan nasional. Aku enggan-engganan membaca namamu di pamflet itu; Herry Kiswanto. Tulisan namamu yang tak disertai foto itu kembali menyeruakkan ingatanku dan aku tak sanggup menahannya untuk tak merumpang dadaku.
Lama pamflet itu kupandangi sambil membiarkan dadaku dipermainkan kenangan yang satu demi satu datang menyambang. Kenangan-kenangan yang sejak sepuluh tahun lalu itu susah payah kukubur dan tak pernah berhasil, kini kembali menunjukkan dirinya dengan jelas. Menyadarkanku bahwa aku memang masih mencintaimu dan aku sangat membenci pertemuan ini yang mungkin saja benarbenar akan terjadi.

“Kau siap-siaplah. Sesudah magrib aku akan menjemputmu. Kau harus bertemu dengannya. Paling tidak, kau harus minta maaf.” Aku belum juga memutuskan apa-apa perihal pesan Ratih yang kuterima lewat telepon sejam lalu itu. Aku ragu menemuimu sebab bayangan perpisahan kita sepuluh tahun lalu masih jelas tergambar di kepalaku. Di antara aroma petrichor yang merambati udara, punggungmu perlahan menjauhiku yang terpaku di pelabuhan. Aku baru sadar rasa sakit dari sebuah perpisahan ternyata teramat dalam begitu kau berdiri di dek kapal lantas tegak memunggungiku tanpa pernah sekali pun menoleh ke belakang. Sakit itu semakin terasa begitu tubuhmu larung bersama Tilongkabila ke tengah samudera. Kau kembali ke tanah Bugis. Dan di sini—di Kota Seribu Benteng ini sepuluh tahun lamanya, aku tak juga bisa lepas dari sesal dan rasa sakit karena perpisahan itu.




Puisi

SEBENTAR LAGI KAWAN

Karya : Abidin Hanif
Sebentar lagi kawan
Sebentar lagi… Bersabarlah
Langkah akan menuju titik perhentian tujuan
Perjalan akan berakhir indah
Kita tak perlu berfikir dan merencanakan bagaimana akhir nya nanti
Kita hanya perlu menjalani nya dengan ikhlas
Mungkin ada airmata, tapi yang pasti bukan airmata duka
Bahkan hewan-hewan pun ada masa nya untuk hijrah
Sebentar lagi kawan
Sebentar lagi… Bersabarlah
Perjalanan kita sedang meniti untuk sampai
Perjalan akan berakhir indah
Sejak awal berjalan pun semua kita lalui dengan indah
Berbagai macam kisah telah terukir di sana
Penghentian terakhir barulah kita bisa mengenang semua dalam kenangan
Dalam peristirahatan nanti kita akan tersenyum-senyum mengingat semua nya dalam temaram sang bulan
Sebentar lagi kawan
Sebentar lagi… Bersabarlah
Perjalanan akan berakhir indah
Dan kita akan menyaksikan seperti apa tunas-tunas yang akan tumbuh
Sebentar lagi kawan
Sebentar lagi… Bersabarlah
Perjalanan akan berakhir indah
Maka tersenyumlah, meski pun ada air mata



Sinopsis Film Pendek "Sekolah Ku"

Andi adalah seorang anak yang hidup di sebuah desa yang masih asri. Andi seorang anak berumur 17 tahun yang tidak memiliki harapan lagi untuk melanjutkan sekolahnya di tingkat SMA, karena biaya yang terbatas. Suatu pagi seperti hari biasa dimana ia membantu ayahnya bekerja di sawah, ia terdiam melihat sekelompok anak mengenakan seragam, sepatu dan membawa tas hendak berangkat ke sekolah. Andi hanya bisa berangan-angan kapan ia bisa ikut bersama temannya berangkat sekolah. Harapan Andi untuk sekolah seakan tidak akan pernah terwujud, karena faktor kesejahteraan ekonomi yang rendah dan harus membantu orang tuanya sebagai buruh tani.
Di sore hari saat ia akan pulang dari sawah, ia melihat sekelompok orang membawa peralatan pertanian (cangkul, sabit dan lain-lain) dari arah berlawanan. Andi merasa keheranan dan bertanya-tanya mau pergi kemana orang-orang itu, mau pergi berunjuk rasa atau mengamuk warga. Namun semakin dekat massa tersebut, Andi sedikit kaget setelah melihat mereka juga  membawa alat tulis. Ketika mereka berpapasan, Andi diajak untuk ikut bergabung dan pergi bersama mereka.
Sesampainya mereka di tujuan, Andi baru tahu bahwa mereka menuju kesekolah yang ada di desanya. Sekolah baru itu adalah sekolah terbuka. Siswa sekolah itu tidak dibatasi umur layaknya sekolah umum yang ada. Sekolah ini memberikan pelayanan secara gratis bagi siswanya, pelayanan tersebut ialah gratis uang sekolah, alat tulis, dll. Siswa yang lulus dari sekolah ini pun mendapat sertifikat. Kegiatan pembelajaran di sekolah ini dilakukan 3 kali dalam seminggu disore hari selama 3 tahun, sehingga tidak mengganggu aktivitas siswanya. Dengan adanya sekolah terbuka, Andi bisa melanjutkan pendidikannya dan menggapai mimpinya yang belum tercapai selama ini.

Biografi R.A Kartini

Biografi RA Kartini Singkat

Raden Adjeng Kartini lahir di kota Jepara, Hindia Belanda pada tanggal 21 April 1879. Ia lahir dari kalangan bangsawan Jawa. Kartini adalah anak dari bupati Jepara bernama Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat yang mulai menjabat setelah Kartini lahir. Ibunya bernama M.A. Ngasirah, seorang guru agama di Telukawur, Jepara.
Silsilah Kartini dari keluarga ayahnya berasal dari Hamengkubuwana VI dan secara turun temurun merupakan tokoh-tokoh penting seperti bangsawan atau kepala pemerintahan. Kartini sendiri adalah anak kelima dari 11 bersaudara, baik saudara kandung atau saudara tiri. Ayahnya memiliki 2 istri, selain Ibu Kartini, ia juga menikah dengan R.A. Woerjan.

Pendidikan Kartini

Sejak kecil, Kartini menempuh pendidikan di Europese Lagere School (ELS). Ia pun belajar berbahasa Belanda. Namun sejak usia 12 tahun, sebagai perempuan ia harus tinggal di rumah karena sudah bisa dipingit.

Kartini yang bisa berbahasa Belanda sering menulis surat kepada teman-teman korespondensi yang asli Belanda. Kartini pun tertarik pada pola pikir perempuan Eropa yang maju. Ia pun memiliki keinginan untuk memajukan perempuan di Indonesia yang sering dipandang sebagai status sosial rendah.

Kartini banyak membaca koran, majalah dan jurnal berisi pengetahuan. Ia beberapa kali mengirimkan tulisannya dan pernah dimuat di majalah wanita Belanda, De Hollandsche Lelie. Ia sangat memperhatikan emansipasi dan perjuangan wanita serta pendidikan sosial secara umum.

Banyak buku-buku berbahasa Belanda yang ia baca saat masih muda, misalnya seperti Max Havelaar karya Multatuli, buku De Stille Kraacht karya Louis Coperus, buku Die Waffen Nieder dan masih banyak lagi yang lainnya.

Perjuangan RA Kartini

RA Kartini ingin memajukan perempuan Indonesia yang status sosialnya kerap dipandang lebih rendah dari laki-laki di era itu. Ia banyak menulis surat berbahasa Belanda berisi pemikirannya pada rekan-rekannya di Belanda.

Ia banyak bercerita tentang kondisi perempuan pribumi serta keluhan mengenai budaya Jawa yang dirasa menghambat kemajuan perempuan. Kartini ingin bebas untuk menuntut ilmu dan belajar menempuh pendidikan setinggi-tingginya.

Kartini menceritakan pada temannya bahwa ia ingin menjadi seperti kaum muda Eropa dalam hal kebebasan mendapat pendidikan, tidak seperti perempuan Jawa yang tidak bisa menempuh pendidikan tinggi, harus dipingit di dalam rumah serta harus mau dijodohkan dengan laki-laki yang tidak dikenal, bahkan harus mau dimadu pula.

Ia mempejuangkan hak-hak wanita lewat surat-surat dan tulisannya. Ayahnya sempat agak kasihan dan ingin menyekolahkan Kartini ke Belanda. Belakangan Kartini mengurungkan niatnya dan memilih melanjutkan studi di Betawi saja. Namun hal ini kembali batal karena Kartini akhirnya menikah dan menyampingkan ego pribadi untuk menyetujui tradisi keluarga.

Pernikahan dan Wafatnya Kartini 

Kartini kemudian dijodohkan dengan K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat yang merupakan bupati Rembang yang sudah memiliki 3 istri. Kartini menikah pada tanggal 12 November 1903 saat usianya 24 tahun. Setelah menikah, Kartini diberi kebebasan mendirikan sekolah wanita.

Kartini memiliki anak yang bernama Soesalit Djojoadhiningrat. Ia lahir pada tanggal 13 September 1904. Hanya berselang beberapa hari, RA Kartini wafat, tepatnya pada tanggal 17 September 1904. Ia meninggal di usia yang ke-25 tahun dan kemudian dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Kabupaten Rembang.

Perjuangan Kartini untuk memajukan wanita pun mulai menunjukkan hasil setelah ia wafat. Pada tahun 1912, didirikan Sekolah Kartini khusus wanita oleh Yayasan Kartini di kota Semarang. Setelahnya Sekolah Kartini kembali didirikan di kota-kota lain seperti Surabaya, Yogyakarta, Malang dan daerah lain.

Buku-Buku Kartini

Ada banyak buku-buku yang dipublikasikan yang bersumber dari surat-surat tulisan RA Kartini. Yang paling populer adalah buku 'Habis Gelap Terbitlah Terang' yang dipublikasikan tahun 1922. Buku tersebut adalah hasil terjemahan surat-surat yang ditulis Kartini. Berikut adalah buku-buku yang bersumber dari tulisan RA Kartini yang lainnya.
  • Habis Gelap Terbitlah Terang (1922)
  • Surat-Surat Kartini, Renungan Tentang dan Untuk Bangsanya (1979)
  • Kartini Surat-Surat Kepada Ny RM Abendanon-Mandiri dan Suaminya (1989)
  • Letters from Kartini: An Indonesian Feminist 1900-1904 (1992)
  • Panggil Aku Kartini Saja (2003)
  • Aku Mau ... Feminisme dan Nasionalisme, Surat-Surat Kartini Kepada Stella Zeehandelaar 1899-1903 (2003)

Peringatan Hari Kartini

RA Kartini pun dianggap sebagai tokoh yang memperjuangkan emansipasi wanita. Ia pun diberi gelar sebagai pahlawan nasional. Berdasarkan Keppres No. 108 Tahun 1964, presiden Soekarno saat itu menetapkan Kartini sebagai salah satu pahlawan kemerdekaan nasional.

Selain itu, berdasarkan Kepres yang sama, setiap tanggal 21 April yang merupakan hari lahirnya diperingati sebagai Hari Kartini, yang merupakan hari besar tidak libur. Tiap tanggal 21 April biasa diperingati para wanita Indonesia dengan mengenakan kebaya dan pakaian khas wanita Indonesia lainnya.

Nama Kartini juga banyak diabadikan pada nama jalan, bangunan, monumen dan gedung, tak hanya di Indonesia tapi juga di Belanda. Terdapat nama jalan di Belanda, tepatnya di kota Utrecht, Harleem, Amsterdam dan Venlo.



Comments

  1. Casino.com Archives - ScoopGo
    Casino.com Archives - how can i buy air jordan 18 retro racer blue ScoopGo.com's air jordan 18 retro men blue sports collection of online air jordan 18 retro racer blue online free shipping casino and sports air jordan 18 retro yellow suede good site betting tips, casino games, 벳 센세이션 video slots, live dealer games and more!

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog